Lorena, Berawal dari 2 Bus, Kini Menjadi 500 Bus

Warta Kota, Jakarta

Bermula dari dua buah bus yang menjalani rute Bogor – Jakarta di tahun 1970, kini Lorena sudah menjadi gemuk: lebih dari 500 bus, yang menjelajah berbagai kota di Indonesia. Bahkan, untuk bertambah tambun, tak lama lagi Lorena bakal menjadi perusahaan publik.

Dalam rancangan peta bisnis ke depan yang ada di meja manajemen, Lorena harus menjadi perusahaan yang dimiliki masyarakat. Bukan lagi perusahaan yang semata-mata dipunyai oleh keluarga Soerbakti.

“Rencana itu merupakan bagian dari upaya kami menuju perusahaan yang benar-benar profesional, sekaligus memberi manfaat bagi banyak orang,” tutur Dwi Ryanta Soerbakti MBA (39), managing director Lorena Grup.

Persiapan untuk go public masih terus digodok. Berbagai aspek tengah dipertimbangkan, termasuk kapan timing yang tepat untuk melepas saham perdana alias initial public offering (IPO).

Dengan menjadi perusahaan publik, jelas Ryanta, ada banyak manfaat yang didapat. Pertama, ada dana segar untuk pengembangan usaha dan peningkatan kualitas layanan, misalnya untuk pengembangan rute, peremajaan bus dan pendidikan teknisi.

Kedua, lanjut anak kedua dari pendiri Lorena, GT Soerbakti, dari aspek manajemen Lorena dituntut menjadi lebih profesional. “Kan ada pihak luar, pemegang saham di luar keluarga, yang turut mengawasi kinerja kami. Dengan begitu kami harus benar-benar bertanggung jawab,” kata Ryanta.

Manfaat ketiga, jelas anggota Komisi B Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) DKI Jakarta itu, “Kami ingin berbagi rezeki dengan masyarakat. Karena, bisnis kami hidup dan berkembang karena masyarakat, maka sudah sepatutnya kami juga wajib berbagi dengan masyarakat.”

Kapan waktunya berbagi itu? Sambil tergelak, Ryanta menjawab,”Sabarlah. Cepat atau lambat, kami pasti masuk bursa.”

Jakarta – Bogor PP

Gusti Terkelin Soerbakti bersama istrinya, Karyani K Sembiring, mengawali bisnis transportasi bus penumpang antarkota pada 1970. Waktu itu, GT Soerbakti masih berdinas aktif di militer, dengan pangkat kapten zeni AD.

Dua buah bus menjadi andalan, yang didapat dari mengutang di sebuah bank pemerintah, dengan menjaminkan sertifikat tanah dan rumah mereka. Rute pertama adalah Jakarta – Bogor PP, melewati kawasan Parung.

Dengan prinsip kerja kerja keras, dan fokus pada bisnis yang digeluti, usaha suami-istri dengan bendera PT Eka Sari Lorena Transport itu kian berkembang. Trayek demi trayek baru pun dibuka, dimulai pada 1984 dengan menjalani rute Jakarta – Surabaya PP.

Roda-roda bus Lorena pun menjelajah sejumlah kawasan. Di Jawa Timur, Madura, dan Bali, Lorena menjadi salah satu perusahaan otobus yang menjadi andalan pengguna angkutan umum antarkota di kawasan tersebut.

Wilayah Sumatera pun dijangkau. “Rute Jakarta – Pakanbaru, Riau, menjadi salah satu trayek bagus kami,” tutur Donny Andy Saragih, salah satu anggota manajemen inti Lorena.

Total kini lebih dari 500 bus Lorena menjelajah di 60 kota di Jawa, Bali, Madura, dan Sumatera. “Masih ada beberapa rute potensial yang akan kami buka,” kata Ryanta.

Sedangkan khusus di Jakarta, Lorena ikut mengisi jalur busway pada koridor V, VII dan VIII. “Sebentar lagi kami pun akan ikut mengisi bus feeder busway,” jelas Ryanta. (Bambang Putranto)

Lingkung Usaha Lorena Grup:

  • PT. Eka Sari Lorena Transport dan PT Ryanta Mitra Karina, yang melayani jasa transportasi penumpang darat di berbagai kota.
  • PT. Eka Sari Lorena (ESL Express), bergerak di bidang jasa pengiriman barang, yang sudah memiliki cabang di 49 kota, dan lebih dari 420 agen di 305 kota di seluruh Indonesia.
  • PT. Sari Lorena, bergerak di jasa penyewaan kendaraan transportasi darat, baik berupa bus maupun kendaraan kecil.
  • PT Lorena Busway, jasa layanan busway koridor V, VII dan VIII.
  • PT. KSJ Palm Oil Plantation, yang bergerak di bidang agrobisnis kelapa sawit.

Sumber